Selasa, 22 Mei 2012

Aqidah Sbg Tegaknya Tauhid


Drs. St. Mukhlis Denros

Aqidah menurut bahasa dari aqoda ya’qidu- uqdatan wa aqidatan yang berarti ; ikatan, janji dan keyakinan yang mantap. Menurut istilah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan hati merasa senang dan tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi pemiliknya yang tidak dicampuri keraguan. Aqidah Islamiyah bersumber pada Al Qur’an, As Sunnah dan Al Ijma’.

Adapun dasar-dasar aqidah islamiyah adalah; Iman kepada Allah 2;177, 4;136, Iman kepada pada malaikat 2;97,98, Iman kepada kitab-kitab Allah 2;177, 4;136, Iman kepada hari akhir 2;177, 4;136, man kepada para Rasul 2;98, 4;136 dan Iman kepada qada dan qadar 25;2, yang kita kenal dengan rukun iman.

Rasulullah bersabda;"Iman ialah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota" [HR. Ahmad] "Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenarannya dengan amalan" [Mutafaqun alaih].

Bukti bahwa aqidah dan iman itu sangat penting bagi hidup manusia di dunia ini adalah;

1.Nasehat Lukman kepada anaknya;
Seorang ahli hikmat yang terkenal sampai namanya tercantum dalam Al Qur'an bernama Lukman Al Hakim. Sebelum menanamkan ibadah dan akhlak kepada anaknya, pertama sekali Lukman menanamkan aqidah dan iman yang bersih dari syirik, "Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[Lukman 31;13]

Pembersihan iman dari noda syirik sangat penting dalam rangka menjaga kesucian tauhid, bila iman sudah bersih maka ibadah dan akhlak yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari akan dijamin kesuciannya. Landasan ibadah dan akhlak adalah iman yang bersih dari noda syirik. Bahkan Allah akan mengampuni semua dosa dengan izinnya kecuali dosa yang mencederai ketauhidan dengan kesyirikan.

2.Da'wah Rasul di Mekkah
Selama 13 tahun Rasulullah di Mekkah dalam menyampaikan agama Islam untuk masyarakat Quraisy, beliau memperioritaskan pembinaan aqidah dan iman sebelumnya sehingga berhala di Ka'bah sebanyak 360 dibiarkan dahulu, bila dihancurkan berhala itu maka pasti akan berdiri berhala-berhala yang lebih banyak lagi dan bentrokan fisik pasti akan terjadi, tapi ketika islam telah jaya akhirnya mereka yang membangun berhala itulah yang menghancurkan sembahannya itu.

Selama da'wah di Mekkah maka khamar, judi dan riba masih dibolehkan karena hal itu menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat Quraisy, Masjid belum dibangun, Jilbab belum diwajibkan
Setelah iman tertanam dengan baik akhirnya mereka sendiri yang menghancurkan berhala, meninggalkan khamar, judi dan riba, kaum wanitanya spontan memakai jilbab ketika perintah itu sudah turun.

3.Ajaran Jibril kepada Rasulullah
Ketika Rasulullah dan para sahaba sedang berada di sebuah majelis maka datanglah seseorang dengan pakaian serba putih dan bertanya tentang empat hal;
a. Apa yang dimaksud dengan iman, Rasul memberikan jawaban; " Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, hari akherat, para Rasul dan yakin adanya hari berbangkit".

b. Apa yang dimaksud dengan islam, Rasul memberikan jawaban; "Islam adalah, hendaknya kamu menyembah Allah, jangan menyekutukanNya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan puasa pada bulan Ramadhan".

c. Apa yang dimaksud dengan ihsan, lalu Rasul menjelaskan; "Hendaknya kamu menyembah Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihatNya, pasti Dia melihatmu".

d. Kapan datangnya kiamat?Rasul menjawab,"Saya tidak tahu".
Dari empat pertanyaan itu, yang pertama ditanyakan adalah iman, sebab iman itu merupakan pondasi dalam beramal.

4.Menangkal datangnya penyakit Wahn
Rasulullah meramalkan nanti bahwa ummat islam akan diporakporandakan oleh ummat lain ibarat makanan yang terhidang di meja makan, atau ibarat buih di atas laut. Dan ummat islam diserang oleh penyakit wahn, yaitu penyakit,"Terlalu cinta kepada dunia dan terlalu takut dengan kematian".
Ini terjadi karena aqidah dan iman tidak mantap.

5.Untuk menghadapi ujian hidup
Untuk menghadapi derasnya ujian kehidupan ini diperlukan aqidah, yang siap menerima tempaan hidup; "Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Al Baqarah 2;155-156]

6.Supaya kenal Allah, Rasul dan Islam
Orang yang aqidahnya baik, dia akan mengenal Allah, Rasul dan islam pula dengan baik; Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. [Ash Shaff 61;9]

Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan aqidah, islam hanya sekedar formalitas, tercatat pada lembaran sensus atau KTP saja. Jangan aktif melaksanakan keseluruhan perintah Allah, sedangkan sisi luar dari islam itu sendiri tidak pernah dinampakkan. Misalnya saja, masihkah terucap kalimat ”Astaghfirullah” dikala kita terkejut, atau ”Subhanallah” saat keindahan dan kekaguman menyeruak di kalbu. Masihkah terukir ucapan sanjungan ”Alhamdulillah” dikala kita menerima dan mereguk nikmat Allah ? Masih dapat dikatakan baik bila hanya diam daripada keluar ucapan yang mengandung dosa.

Ketika berjanji mampukah kita mengatakan, ”Insya Allah” [semoga Allah memperkenankan] atas keterbatasan dan ketidakmampuan manusia. Lebih baik tidak berjanji daripada hanya untuk mengingkari. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun relakah kita dengan lidah tanpa kendali mengucapkan ”Allah” atau akan kita alihkan dengan kalimat ”Tuhan Yang Maha Esa”. Tatkala mendengar kabar orang meninggal dunia, masihkah dengan kerendahan kita mengakui kebesaran Allah dengan mengucapkan, ”Inna lillahi wainna ilaihi raji’un”.

Memang hal di atas merupakan pekerjaan ringan, tetapi mampu menggeser kedudukan dan eksistensi iman, sementara kita berbaur dengan tradisi dan kemajuan zaman, ucapan Allah diperlakukan hanya dikala memohon do’a agar dapat kedudukan, setelah kedudukan diperoleh Allah dilupakan. Ucapan ”Assalamu’alaikum” telah diganti dengan kata-kata ”Merdeka” atau yang lebih sopan ”selamat siang” atau ”selamat malam”.

Dalam menyampaikan rasa gembira dan salud kepada teman-teman yang berhasil dalam prestasinya, tidak hanya sekedar berjabat tangan, adu pipi, kecup bibir didepan umum mulai dibudayakan. Islam dan iman telah ditelanjangi oleh bau farfum, kerlap kerlip lampu dan hingar bingarnya musik di gedung megah yang penuh dengan acara kemaksiatan, kontes mode, kontes ratu kecantikan sampai lomba ratu sejagat sengaja diadakan untuk mengalihkan perhatian umum, terutama pemuda untuk meninggalkan agamanya, kemudian terjun ke gelanggang menyaksikan dari satu kontes ke kontes lainnya, manusia telah asyik tenggelam bersama alkohol dengan aromanya sampai mereguk nikmatnya kulit-kulit mulus yang memang diperdagangkan.

Pendidikan nampaknya bukan lagi menjadikan manusia baik, penyantun kepada orangtua, pengabdi kepada khaliqnya, tetapi hanya sekedar berilmu dan pintar dengan harapan kelak menjadi orang kaya, berkedudukan dan beruang [punya duit]. Kalau sekedar hanya untuk pintar sangat mudah, suapi saja dengan berbagai ilmu. Tetapi untuk menjadikan manusia yang baik sangat sulit, dia harus dilatih dalam keluarga dengan dasar keimanan yang kuat, sehingga kehadirannya dalam keluarga menjadi ”Qurratu a’yunin” penyejuk mata dan penyenang hati, bukan musuh yang harus dipelototi serta dihardik dengan menampakkan kekasaran.Masyarakatpun merupakan tantangan yang harus dihadapi, dia mampu menyeret warganya ke lembah maksiat, nilai manusia dijunjung karena jabatan.

Sisi kecil dari islam, yaitu ucapan ”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” dikalangan pemuda masjid, Risma atau organsasi pemuda islam lainnya. Ucapan itu merupakan hal yang wajar dan memang harus dilestarikan, karena terseret budaya yang tidak islami banyak manusia yang tercetak menjadi algojo, orang-orang bejat, koruptor dan manipulator. Dalam keluarga mungkin telah maksimal orangtua memerankan diri untuk menanamkan keyakinan [aqidah] kepada anaknya, tetapi bisa kabur dan dangkal kembali bila lingkungan masyarakat tidak menunjang ke arah itu.

”Selamat siang dan selamat malam” lebih dipopulerkan, bahkan dalam pertemuan yang tidak diselenggarakan di masjid, ketika menyampaikan sambutan/ pidato ucapan ini menjadi tabu, seolah-olah hanya layak dipakai di masjid dikala berkhutbah saja, sedangkan islam itu luwes, dapat dipakai tanpa memperhatikan apakah ini siang, sore atau malam, di ujung pencakar langit atau di surau di ujung desa.
Aqidah, yang terangkum dalam rukun iman, ibarat akar pada sebuah pohon, ibarat pondasi pada sebuah bangunan. Manifestasi dari iman itu harus nampak pada tiga hal yaitu pada hati, lisan dan amal perbuatan. Sebelum menanamkan ibadah dan akhlak kepada anaknya, pertama sekali Lukman menanamkan aqidah dan iman yang bersih dari syirik;

"Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[Lukman 31;13]

Pembersihan iman dari noda syirik sangat penting dalam rangka menjaga kesucian tauhid, bila iman sudah bersih maka ibadah dan akhlak yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari akan dijamin kesuciannya. Landasan ibadah dan akhlak adalah iman yang bersih dari noda syirik. Bahkan Allah akan mengampuni semua dosa dengan izinnya kecuali dosa yang mencederai ketauhidan dengan kesyirikan, HM.As'ad El Hafidy dalam bukunya yang berjudul "Kangker Tauhid" yang diterbitkan oleh Media Da'wah Jakarta Tahun 1990 mengungkapkan ada beberapa hal yang dapat mengotori aqidah diantaranya;

1.Jimat-Jimat
Disebut juga tamimah yaitu kalung batu dan sebagainya, orang Arab meletakkannya pada leher anak untuk menampik penyakit dan menolak arwah jahat. Pengertiannya yaitu apa saja yang dipercayai dapat menolak bala atau dapat mendatangkan tuah, Rasulullah bersabda;"Sesunguhnyanya jampi-jampi dan guna-guna itu adalah syirik" [HR. Ahmad dan Abu Daud].

Adapun bentuk jimat itu beragam sesuai dengan zamannya seperti keris, batu akik, cincin, Al Qur'an yang digulung atau yang digantung, Al Qadhi Abu Bakar berkata;"Menggantungkan Al Qur'an sebagai jimat bukanlah sunnah, hanya yang ada pada sunnah itu ialah berzikir dengannya dan bukan menggantungkannya".

Umumnya masyarakat islam baik yang hidup di kota apalagi di desa yang tidak mengenal islam dengan baik mereka beranggapan menggunakan jimat adalah suatu kelaziman, ironinya mereka banyak yang berpendidikan tinggi tapi masih terbelenggu dengan hal-hal tradisional yang banyak mengandung syirik seperti jimat itu.

2.Haikal Jaljalut
Haikal atau jaljalut adalah selembar kertas bergambar pedang Zulfikar yang saling menyilang, dikiri kananya terpampang dua buah perisai bertuliskan. Gunanya untuk menangkis serangan musuh seperti sihir, tenung, guna-guna, pencuri, kebakaran dan kemasukan jin. Termasuk juga untuk menangkis bencana banjir dan angin topan. Adapun tempat pemasangan di toko-toko, leher anak kecil, rumah tempat tinggal dan lain-lain.

Ini fungsinya sama dengan jimat hanya bentuk gambarnya saja yang khas sehingga menambah keyakinan akan kehebatan benda itu sebab ada pedang Rasulullah yang disebut dengan pedang zulfikar. Keyakinan ini masih banyak terdapat pada umat islam karena dangkalnya ilmu dan lemahnya iman.

3.Tathayyur
Tathayyur ialah mempercayai adanya hal-hal kejadian tertentu yang dapat menyebabkan atau mengundang sial, dalam sekelumit kejadian pada Nabi Musa yang disabdakan Allah pada surat Al A'raf 7;131"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah Karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui".

Sebagai contoh;
a.Orang yang sedang berjalan lalu kopiahnya jatuh atau dia melihat orang
mengasung jenazah, dia menganggap akan datang kesialan pada dirinya.
b.Mendirikan rumah baru tanpa dipasang kelapa, padi, pisang, bendera dan
lain-lain, dianggap penghuni rumah kelak dapat kesialan.
c.Bila isteri yang sedang hamil membunuh lipan maka anaknya akan
berwatak lipan atau cacat.
d.Angka tiga belas dianggap mendatangkan kesialan sehingga kita tidak
menemukan tempat duduk nomor 13 di pesawat atau kendaraan lainnya
begitu juga tidak ada lantai 3 atau lantai 13 pada setiap hatel yang
mempercayai kesialan angka itu.

4.Wanita, Rumah dan Kendaraan Sialan
Ada kepercayaan pada masyarakat kita yang menganggap wanita,rumah dan kendaraan mendatangkan kesialan yang diawali pada hadist nabi yang menyatakan;"Kalau ada kesialan itu, maka pada rumah, wanita atau kendaraan" [HR. Bukhari]

Sebenarnya bukanlah begitu maksud Nabi, dari Hadits diatas yang dimaksud sial bukanlah wanita, rumah dan kendaraan tapi sipat yang ada padanya. Seperti wanita yang berperangai buruk seperti pemboros, suka menyeleweng, pemarah, egois dan sifat negatif lainnya akan menyebabkan sial bagi suaminya.

Rumah yang sempit, tidak sehat, kumuh dan reot jadi siap bagi pemiliknya dan kendaraan yang suka macet dan banyak masalah sial bagi pemiliknya.
Jadi yang mendatangkan kesialan itu bukanlah bendanya atau zatnya tapi sifat dari benda itu yang kurang baik, sedangkan benda dan zatnya tidaklah ujud kesialan bagi pemiliknya.

5.Tafaul/ Optimis
Tafa'ul artinya perkataan atau perbuatan yang dipergunakan untuk menggembirakan atau berupa sugesti, contoh tafa'ul yang dibolehkan yaitu memberi nama anak "Sugiharto" agar anaknyua jujur dan banyak harta. Memberi nama anak "Selamat" agar anak selamat hidupnya di dunia dan akherat, memberi nama anak Mukhlis agar kelak menjadi anak yang ikhlas dalam beribadah.

Sedangkan tafaul yang dilarang seperti pesta panen dengan acara tradisi, supaya panen yang akan datang cepat dan lebih meningkat. Membaca sajak al Barzanji agar selamat dalam perjalanan, orang hamil dilarang membunuh lipan agar tidak lahir anak yang cacat.
Selayaknya seorang mukmin punya tauhid yang bersih tanpa tercemar oleh faham lainnya, sifat optimis menatap masa depan dibenarkan dalam islam selama tidak ada unsur tahayul dan syiriknya.

6.Tanjim/ Astrologi Perbintangan
Ajaran islam tidak membenarkan seorang mukmin untuk mempercayai ramalan bintang yang kesemuanya itu mengandung unsur perbuatan syaitan, ramalan bintang itu seperti yang sering ada di media massa membuat remaja dan orangtua mempercayainya, sebagai contoh orang yang mempunyai bintang Scorpio dari tanggal kelahiran 23 Oktober sampai 22 Nofember menyatakan; Tugas baru memerlukan konsentrasi, tak usah hiraukan mulut usil orang lain. Tetaplah pada prinsif, keuangan sangat menyenangkan, hari yang baik pada hari Rabu, jangan melakukan perjalanan pada hari Sabtu, asmara menggembirakan.

Padahal bintang itu ditinjau dari ajaran Islam memiliki hikmah tersendiri, bintang itu gunanya untuk menjaga langit dari syaitan 67;5, bintang merupakan perhiasan langit dan bintang juga petunjuk bagi manusia 16;16"Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang Mengetahui" [Al An'am 6;97]

Ada beberapa julukan untuk para peramal yaitu Munajjin yaitu peramal yang menggunakan horoscop, Rasul adalah peramal yang mempergunakan goresan di pasir atau kertas, Arraf adalah peramal yang mempergunakan telapak tangan atau melihat tahi lalat dan Kahin adalah peramal yang mempergunakan sihir. Apapun namanya bahkan dizaman ini disebut dengan nama Para Normal maka tetaplah dilarang dalam islam, Rasulullah bersabda;

"Siapa yang datang kepada peramal lalu menanyakan sesuatu kepadanya kemudian membenarkannya maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari" [HR. Muslim].
Ramalan itu tak lebih dari sebuah lemparan orang buta ke tengah-tengah lapangan yang penuh dengan manusia. Kalau ada yang kena dengan lemparan itu, bukanlah karena kemahiran sibuta tetapi karena banyaknya manusia yang berjubel di lapangan.

7.Hari Naas/ Sial
Naas artinya sial, malang dan celaka. Masyarakat kita mempercayai adanya hari baik dan hari buruk sehingga mereka mencari bulan, hari, tanggal dan jam baik untuk menyelenggarakan sesuatu seperti perkawinan, panen atau bertanam, padahal tauhid yang bersih mengajarkan kepada kita hari apa saja baik untuk manunia melakukan aktivitas. Pepatah Arab mengatakan,"Musibah bagi suatu kaum, faedah buat kaum yang lain", seperti hujan sial bagi tukang jemur tapi hal yang baik untuk tukang kebun, panas sial bagi tukang kebun tapi hal itu baik bagi tukang jemur.

8.Wasilah/ Perantara
Ini adalah kepercayaan yang tidak diajarkan dalam islam walaupun nampaknya kegiatan ini islami yaitu mengadakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan anggapan manusia adalah makhluk yang penuh dengan dosa dan kesalahan sehingga tidak pantas beribadah lansung kepada Allah karena tidak akan diterima ibadahnya itu oleh Allah. Seperti berwasilah kepada arwah orang yang dianggap shaleh sehingga mendatangi kuburannya untuk menyampaikan hal itu. Bahkan ada yang menjadikan benda sebagai wasilah seperti batu besar, gunung-gunung dan pohon-pohon besar. Segala bentuk wasilah apapun alasannya maka itu adalah syirik sebagaimana Allah berfirman dalam surat Az Zumar 39;3"Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar".

Muhammad bin Sulaiman At Tamimi berkata;"Berdo'a kepada wali untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah syirik...do'a kepada wali dan menjadikan mereka pemberi syafaat disisi Allah adalah syirik".

Tiga bentuk tawasul menurut Ibnu Taimiyyah, dua tawasul yang dibolehkan yang pertama yaitu seperti tawasul dengan jalan iman, melaksanakan yang wajib dan yang sunnah melalui ibadah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah 5;35" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan".

Kedua tawasul dengan syafaat nabi Muhammad, ini juga dilakukan dengan lansung bukan kekuburan nabi, Allah sendiri mengajak ummatNya untuk berdo'a lansung kepada-Nya tidak ada perantara;"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"[Mukmin 40;60].

Sedangkan tawasul yang tidak dibolehkan menurut Ibnu Taimiyyah yaitu dengan jalan meminta kepada orang-orang shaleh agar disampaikan maksudnya kepada Allah;"Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, Maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti". [Al A'raf 7;56-57].
Ada tawasul yang tidak berasal dari syariat berarti hal ini tidak dibenarkan seperti tawasul syirik yaitu bersumpah dan berdo'a selain kepada Allah dalam rangka untuk melenyapkan bahaya dengan pakai jimat atau menyembelih hewan bukan atas nama Allah dan lain sebagainya. Tawasul bid'ah adalah tawasul dengan ucapan "Aku bertawasul dengan kemuliaan si Anu bin si Anu" melalui kuburan dan memuja-muja wali dan syaitan.

Demikian banyaknya kangker tauhid yang dapat merusak iman seseorang dalam kehidupannya padahal sendi dan tonggak pertama dalam islam itu ada aqidah dan iman, bila aqidah sudah rusak diserang penyakit apalagi kangker tauhid namanya maka seluruh amal dan akhlak akan berantakan, islam seseorang hanya tinggal rutinitas nampa ruhiyyah yang mantap, akhlak hanya tinggal aktivitas yang penuh dengan kesyirikan, untuk itulah kita bersihkan aqidah dan iman kita dari noda-noda syirik dalam rangka membersihkan segalanya,Wallahu A’lam. [Kubu Dalam Padang, 29 Syawal 11432.H/ 27 September 2011.M].

Pencarian Manusia Terhadap Tuhan


Drs. St. Mukhlis Denros

Dalam Islam kita mengenal istilah agama menjadi dua, yaitu agama budaya, suatu keyakinan yang dibuat oleh manusia kemudian dianut oleh manusia lainnya, yang kedua agama langit yaitu agama yang diturunkan berdasarkan wahyu dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Agama langit yang diturunkan berdasarkan wahyu itu ada tiga yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam, sedangkan agama budaya adalah agama yang dibuat oleh manusia selain yang tiga itu. Sejak zaman dahulu bangsa kita dikatakan sudah menganut sebuah keyakinan walaupun tidak disebut agama seperti animisme dan dinamisme setelah itu datanglah agama Hindu dan Budha yang disebut dengan agama nenek moyang yang menjadi agama warisan bangsa kita, padahal jauh sebelumnya ketika manusia pertama yaitu Adam dan generasi selanjutnya sudah mengenal agama tauhid, yang hanya mengesakan Tuhan Allah semata.
Generasi hari ini adalah hasil pengkaderan generasi masa lalu, generasi masa lalu cetakan generasi yang lalunya lagi, terus ibarat perjalanan dari awal yang akan berakhir nantinya setelah manusia mengalami kehancuran. Pada umumnya manusia tidak bisa lepas dari pengaruh generasi yang terdahulu baik dari segi pemikiran, pakaian sampai kepada keyakinan. Pendek kata dia terbelenggu oleh adat istiadat serta segala nilai warisan masa lalu.
Dalam hal keyakinan atau persembahan kepada Tuhanpun demikian, manusia; baik secara lansung atau tidak dipengaruhi keyakinan yang pernah dianut nenek moyang mereka. Bila ditinggalkan vonis dosa dan durhaka tertuju kepadanya sehingga wajar saja bila orang-orang yang telah berhasil meraih titel sarjana masih terkungkung dengan faham usang walaupun sebenarnya dia tahu tidak sesuai dengan Islam, akalpun menolak bahkan ilmu pengetahuan tidak menerima kebenarannya.
Pada surat Asy Syu’ara ayat 70 sampai 74 pernah terjadi dialoq antara Nabi Ibrahim dengan ayah dab kaumnya sebagai penyembah berhala, ”Ketika ia [Ibrahim] berkata kepada bapak dan kaumnya, ”Apa yang kalian sembah ? ” mereka menjawab, kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya, Ibrahim bertanya, apakah berhala itu mendengar do’amu ketika kamu berdo’a kepadanya ? atau mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat ? mereka menjawab, [Bukan karena itu] sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami tersebut demikian, Ibrahim berkata, ”Maka apakah kamu memperhatikan apa yang selalu kamu sembah?”
Dari dialoq tersebut pada satu sisi penyembah berhala tahu bahwa apa yang mereka sembah tiada manfaatnya sama sekali, tapi yang namanya ajaran nenek moyang sulit untuk dirombak atau tidak mengikutinya, tentu kita akan terkucil dan dikucilkan oleh lingkungan adat. Pada satu sisi Ibrahim menginginkan agar apa yang dilakukan apalagi penyembahan harus difikirkan terlebih dahulu, harus dipelajari dan dikaji sesuai dengan fikiran yang jernih. Dilain kalimat segala warisan dari nenek moyang jangan dilahap mentah-mentah.
Lain Ibrahim lain pula ummatnya, Ibrahim adalah orang yang kritis terhadap penyembahan sehingga dikala dia belum kenal siapa Allah, maka terlebih dahulu mencari dan meneliti fenomena alam untuk menyingkap siapa sebenarnya Allah itu.
Ketika Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang layak disembah di dunia ini, dia melihat bintang-bintang berkelap-kelip, lansung dia menyatakan, inilah Tuhan, tapi tidak begitu lama bintang-bintang itupun hilang, akhirnya dia menyatakan, tidak mungkin Tuhan hilang, lalu nampaklah olehnya Bulan, diapun bergumam, inila Tuhan, lebih besar dari yang tadi, akhirnya menjelang siang Bulan hilang muncullah Matahari, diapun berkata, nah ini yang lebih besar, inilah Tuhan itu, menjelang sore Matahari tenggelam, akhirnya Ibrahim tidak meyakini benda-benda itu sebagai Tuhan, lansung dia sujud menyerahkan diri kepada Tuhan, siapapun Tuhan itu.
Cerita diatas dapat dilihat pada surat Al An’am 6; 76-79, sebuah sikap Nabi Ibrahim dalam berfikir mencari Tuhan yang sebenarnya.
”ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
Begitu usaha Ibrahim dalam berfikir, merenungkan kejanggalan yang dia lihat dari kaumnya yang menyembah berhala, perenungan melalui pemikiran yang jernih itulah akhirnya dia mendapat jawaban bahwasanya Tuhan yang layak disembah itu hanyalah Allah semata, itu merupakan salah satu hasil dari tafakkur yang dilakukannya.
Pencarian manusia terhadap Tuhannya seiring dengan adanya hidayah dari Allah, iman kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa tidak semua orang mampu untuk menerimanya, karena iman itu merupakan hidayah dari Allah dan hidayah itu hak preogatif dari Allah.
Ustadz Fathuddin Jafar menyebutkan makna dan ruanglingkup hidayah dalam tulisannya di bawah ini;
Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah (hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan). Khusus yang terakhir, kata (هداية) kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : ضلالة (Dholalah) yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Pengertian seperti ini dapat kita pahami melalui firman Allah surat Al-Baqarah berikut : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)
Macam-Macam Hidayah
Para Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan, khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya “At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya “Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun An-Nawazhir”.
Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar 27 makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Qur’an, Taurat, taufiq/ketepatan, menegakkan argumentasi, Tauhid/ mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia, mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah, secara umum, terbagi menjadi empat bagian utama :
1.Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup), seperti firman Allah dalam surat An-Nahl berikut : “Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk (keyakinan hidup), maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”. (Q.S. An-Nahl : 37)
Atau seperti firman Allah berikut ini :Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhan Penciptaku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhan Penciptamu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan (tetapi) jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (penolak kebenaran yang datang dari-Nya). (Q.S. Al-Mu’min: 28)
2.Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup, yakni Islam yang didasari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw, seperti Firman Allah dalam surat Al-Hajj berikut ini : “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus (Islam)”. (Q.S. Al-Hajj: 67)
ِAtau seperti firman Allah di bawah ini : “Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk (Islam/ Al-Qur’an) kepada mereka dari Tuhan mereka”. (Q.S. Annajm: 23)
3.Hidayah ‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup), seperti firman Allah dalam surat Al-Ankabut berikut :Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Ankabut: 69)
4.Hidayah Fithriyah (Fitrah). Hidayah Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta, mentauhidkan-Nya dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka.
Realisasinya tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah menjelaskan dalam firma-Nnya:Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". (Q.S. Al-An’am: 77)[Mahalnya Harga Hidayah,eramuslim.com.Rabu, 03/03/2010 14:44 WIB]
Sejarah mencatat bagaimana ketika hidayah mendekat kepada Abu Dzar maka dia manfaatkan sebaik-baiknya untuk menyebarkan hidayah itu kepada semua orang. Sebagaimana yang dikisahkan kembali oleh Ustaz Aidh Abdullah al-Qarni dalam tulisannya;
Abu Dzar yang menyambut seruan dakwah Nabi Shallahu alaihi wa sallam, sesudah Nabi menyebarkan kepadanya dengan sederhana lgi mudah seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Sesudah itu Abu Dzar ra langsung pergi ke bukit Shafa, lalu berteriak : "Hai orang-orang Quraiys, aku telah mengakui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".
Kalimat sangat menyengat perasaan pemimpin yang melampaui batas dari kalangan orang-orang kafir Quraiys. Mereka berdatangan kepadanya dari segala penjuru dan langsung memukulinya beramai-ramai, hinga hampir saja Abu Dzar tak sadarkan diri dan tubuhnya bermandikan darah. Rasul pun datang kepadanya,sedang tubuhnya penuh dengan darah, karena luka pukulan mereka dan keadaannya seakan-akan mengatakan :"Jika memang menyenangkan hatimu apa yang telah dilakukan oleh orang yang dengki kepada kami, maka luka ini tidak lah terasa sakit , jika engkau merasa ridha kepadaku".
Rasul Shallahu alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda : "Aku tidak memerintahkan ini kepadamu".
Apa artinya pembelaan seperti ini? Apa artinya pengorbanan seperti ini?
Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sekarang pulanglah ke kampung kaummu. Sampai bersua nanti!
Abu Dzar ra pulang dan menebarkan hidayah kepada kaumnya, karena sesungguhnya seorang muslim pada hari dia masuk Islam, tujaun agar dengan Dia memberi petunjuk kepada banyak orang, karena manusia sangat membutuhkan seruan dakwahnya."Engkau adalah perbendaharaan mutiara, dan pertama dalam kemelut dunia, meskipun mereka tidak mengenalmu. Engkau adalah dambaan semua generasi, mereka merindukan seruanmu yang tinggi, meskipun tidak mendengarmu".
Abu Dzar bangkit dan mengumpulkan semua kabilahnya di padang sahara, lalu berkata kepada mereka : "Darahku haram bagi darahmu, tubuhku haram bagi tubuhmu, dan harta haram bagi hartamu, sebelum kamu beriman kepada Allah", tegas Abu Dzar. Selanjutnya, Abu Dzar menerankgan agama Islam, seperti yang didengarnya dari Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Belum lagi ia tidur pada malam itu telah beriman sebanyak 70 keluarga berikut dengan kaum wanita, kaum pria, dan anak-anak mereka. Selanjutnya, Abu Dzar menghadap ke rah sebuah pohon yang ada di sana dan dia mulai bermeditasi, karena sesungguhnya dia belum mengetahui shalat dan memang shalat waktu itu belum difardhukan.
Ketika Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, tiba-tiba datang Abu Dzar di barisan paling depan dari kaummnya yang telah beriman. Para shahabat pun keluar. Mereka mengira bahwa di sana ada pasukan musuh yang datang dengan maksud menyerang kota Madinah.
Nabi Shallahu alaihi wa sallam keluar pula bersama dengan para shahabatnya dan ternyata yang datang adalah Abu Dzar, seorang lelaki yang hidup atas dasar kalimah "laa ilaaha illalloh", dan bersujud kepada Tuhan yang telah menurunkan kalimah "laa ilaaha illalloh", sed ang dibelakangnya adalah para muridnya yang telah berhasil diislamkannya.
Setelah melihat kedatangan peringatan dini yang membawa berita gembira alias Abu Dzar ra ini, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, tersenyum :"Tiada seorang pun yang bernaung di kolong langit dan bercokol diatas hamparan bumi ini lebh jujur ucapannya, selain Abu Dzar", ujar Rasul Shallahu alaihi wa sallam.
Jadi, penyebab yang paling besar bagi seorang hamba untuk meraih hidayah ialah bila mempunyai keinginan yang keras untuk mendapatkannya sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepad mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang berbuat baik". (QS : al-Ankabut : 69).[Carilah Jalan Menuju Hidayah Rabbmu,eramuslim.com.Senin, 02/05/2011 13:07 WIB].
Setiap manusia yang punya akal yang sehat, fikiran yang jernih berupaya untuk mencari hidayah bila hidupnya berada dalam kesesatan, apakah mungkin berhala dijadikan sebagai Tuhan, apakah mungkin Tuhan itu tiga, hal ini saja bisa membuat manusia untuk mengkaji kebenaran, berpetualang dalam pencariannya untuk menemukan Tuhan yang sebenarnya, Ibrahim saja yang tidak menduduki perguruan apalagi perguruan tinggi bisa membedakan mana yang layak disembah sebagai Tuhan dan mana yang sebagai makhluk hasil ciptaan Allah, Wallahu A’lam. [Kubu Dalam Padang, 29 Syawal 11432.H/ 27 September 2011.M].


Allah Sebagai Tuhan Yang Esa


Drs. St. Mukhlis Denros

Tak ada nama yang lebih besar, dibanding nama Allah. Dia menciptakan segala. Dia mengatur semua. Dia mengawasi seluruhnya.
Dalam al Qur’an, kata Allah dalam banyak varian disebutkan dalam jumlah yang sangat besar. Kata Allah disebutkan sebanyak 2.698 dalam berbagai konteks, peristiwa dan sifat-sifat-Nya.
Sebutlah nama Allah, maka hati menjadi tenang. Ingatlah nama Allah, maka semuanya menjadi terang. Dzikirkan selalu kata Allah, dengan izin-Nya, takkan ada penghalang.
Nama Allah adalah kata yang merangkumi seluruh nama-Nya, segenap sifat-Nya dan seluas makna-Nya. Allah, tak ada nama yang sebesar ini. “Dan sungguh jika kami bertanya kepada mereka siapakah pencipta langit dan bumi? Niscaya mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zumar: 38)
Rasulullah bahkan mengajarkan pada kita pelajaran sangat detil bagaimana dan bila waktunya seharusnya menyebut nama Allah. “Apabila malam telah datang (setelah matahari tenggelam), tahanlah anak-anak kalian, karena setan bertebaran ketika itu. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu Isya lepaskanlah (biarkanlah) mereka. Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah periukmu dan sebutlah nama Allah. Rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebutlah Allah. Kapan saja. Dimana saja. Ingatlah Allah, dalam diam, dalam gerak, saat sepi, saat ramai. Niscaya Dia akan menjagamu, melapangkan jalanmu dan memudahkan urusanmu, mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang dekat. [Herry nurdi Asma Al Husna : Allahu,Cybersabili, Selasa, 13 April 2010 06:47].
Allah itu ahad; maksudnya adalah Allah saja yang memiliki sifat, pekerjaan dan zat-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah ahad atas sifatnya, hanya Dia saja yang mempunyai kesempurnaan sifat, Allah ahad atas pekerjaan-Nya adalah hanya Allah saja yang mampu berbuat demikian menurut kehendak-Nya dan Allah ahad dari segi zat-Nya, kejadian Allah tidak sama dengan kejadian makhluk demikian pula zat kejadian Allah tidak satupun makhluk berkewajiban untuk mengetahinya [112;1-4]

Tidak ada yang menyamainya; walaupun sifat dan pekerjaannya juga banyak dimiliki oleh hamba-Nya tapi segala sifat dan pekerjaan itu jauh berbeda dengan apa yang dikerjakan hamba-Nya, (Dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat [Asy Syura 42;11]

Allah itu Tuhan bagi sekalian makhluk; semua makhluk yang ada di dunia ini Tuhannya adalah Allah walaupun tidak sedikit yang keliru mengambil tuhan, ada yang mengambil tuhan dari jenis jin, malaikat, manusia, batu, berhala serta apapun yang mereka ikuti dalam seluruh aturan yang dibuat manusia; (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala sesuatu.[Al An’am 6;102]

Tidak ada tuhan selain Dia; sehingga segala sembahan yang diambil manusia adalah bathil yang mempermudah mereka untuk masuk neraka tanpa hisab, inilah yang disebut dengan syirik, segala pengabdian manusia harus ditujukan kepada Allah semata;

Sejak dahulu manusia berusaha mencari perlindungan yang dapat dijadikan sebagai Tuhan, ada yang mengambil berhala sebagai sembahannya, ada yang berupa batu besar, pohon kayu dan laut dijadikan sebagai Tuhannya, hal ini merupakan fithrah manusia. Manusia bagaimanapun adalah makhluk lemah yang membutuhkan tempat bersandar dan mencari kekuatan lain yang dianggapnya mampu memberi bantuan kepadanya sehingga tanpa ilmu mereka jadikan selain Allah sebagai Tuhannya.

Bila tanpa bimbingan wahyu dari yang Maha Kuasa sungguh banyaklah manusia yang sesat jalan hidupnya, sedangkan wahyu dan para Nabi diturunkan untuk membimbing dan mengajak mereka untuk menyembah Allah masih juga terjadi penyelewengan.

Penyelewengan itu terjadi dengan diambilnya selain Allah sebagai Tuhan, ada yang menjadikan hawa nafsu [25;43], patung-patung dan berhala [26;69-76], jin dan malaikat [34;40-41], nabi-nabi [3;79], thaghut dan orang-orang alim sebagai yang mereka sembah [9;31]. Inilah perjuangan para nabi untuk mengembalikan nilai-nilai tauhid yang telah tercemar; Nabi Musa harus berhadapan dengan Fir’aun yang telah menjadikan dirinya sebagai Tuhan, Nabi Nuh harus menerima pil pahit dengan tenggelamnya sebagian bahkan anaknya sendiri telah menjadikan yang lain sebagai Tuhannya, Nabi Luth merelakan isterinya untuk ditinggalkan karena keingkarannya kepada Allah, Nabi Ibrahim memerangi ayahandanya yang menyembah berhala dan sekaligus berseteu dengan Raja Namrudz, serta para nabi lainnya berupaya menunjuki ummatnya untuk menyembah dan menjadikan Allah saja sebagai Tuhan, tapi upaya itu banyak ditentang oleh kaumnya, ilmu dan pengetahuan serta aktivitas mereka telah bergelimang dengan nilai-nilai yang rendah yaitu syirik atau mensyerikatkan-Nya [25;2-3]’’Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[Lukman 31;13]

Dialah Tuhan yang wajib ditaati; ibadah saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketaatan, sebagaimana iblis adalah makhluk Allah yang sudah banyak ibadahnya serta hamba Allah yang senior, tapi akhirnya terlaknat dan dikutuk Allah karena ketaatannya kepada Allah tidak terujud,”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya..”[4;59]
Firman Allah dalam surat Ibrahim 14;35,”….dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari pada menyembah berhala-berhala”

Arti ayat ini ialah sesungguhnya Nabi Ibrahim berdo’a kepada Allah supaya dia dan anak cucunya dijauhkan dari kesibukan terhadap apa saja yang dapat memalingkan beribadah kepada selain Allah, karena dia tahu bahwa amal perbuatan bagaimanapun baiknya kalau ditujukan kepada selain dari Allah maka amal itu masuk dalam kategori penyembahan berhala, Rasulullah bersabda,”Sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil”, ketika Nabi ditanya,”apa itu syirik kecil” Nabi menjawab,”Riya’” [HR.Ahmad]

Maka barangsiapa yang beramal atau berbuat sesuatu untuk mendapatkan pujian manusia atau supaya populer, maka lenyaplah nilai pahalanya itu, Muhammad Rasulullah karena belas kasihan dan rahmat-nya terhadap ummatnya, memperingatkan agar jangan sampai kita menyia-nyiakan pahala amal kita dengan riya’ dan sum’ah [pamer] itu.“Dari Ibnu Abbas Ra. Menyatakan bahwa Rasulullah Saw ketika mengutus Mu’adz ke Yaman bersabda,”Kamu akan mendatangi kaum ahli kitab. Maka pertama kali yang harus kamu da’wahkan kepada mereka adalah persaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka kalau mereka sudah taat kepadamu tentang ajakan itu,ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka sudah taat kepadamu tentang ajakan itu, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shadaqah yang diambil dari orang kaya mereka untuk diberikan kepada orang fakir miskin. Kalau mereka elah taat kepadamu tentang ajakanmu itu, maka jagalah dan hindari harta benda mereka dan takutlah akan do’a orang yang teraniaya, sebab diantara dia dan allah tidak ada tabir penghalang” [HR.Bukhari dan Muslim]

Didalam sebuah shaheh Muslim dari Nabi saw, beliau bersabda,”Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan ia mengkufuri semua penyembahan kepada selain Allah, maka haramlah hartanya dan darahnya dan perhitungannya nanti ada disisi Allah semata”

Ucapan syahadat harus disertai dengan perbuatan amal yang meniadakan peribadatan kepada selain Allah dan menetapkan ibadah hanya karena Allah semata, sehingga haramlah harta dan darahnya di dunia ini. Adapun hasilnya nanti di akherat, kalau dia benar dan syahadatnya dinyatakan dengan perbuatan yang wajib, ia bisa mendapatkan karidhaan Allah. Kalau tidak, yah itu adalah terserah kepada Allah semata, sebab Allah Maha Mengetahui segala-galanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa bermacam-macam ragam kemusyrikan telah menimpa ummat islam seluruhnya. Maka beliau bertindak mengembalikan mereka kepada aqidah yang selamat, bersendikan Kitabullah dan sunnah rasulnya.

Abul A’la Al Maududi berpendapat,”Adapun yang patut dianggap sebagai Tuhan ; yang menduduki singgasana kekuasaan yang mutlak atas seluruh alam semesta, langit, bumi serta seluruh isinya. Yang demikian ini hanyalah Allah swt. Padanya tergantung seluruh kebutuhan makhluk. Maka adalah palsu prediket ketuhanan bagi sesuatu yang tidak mutlak kekuasaannya dan tidak tergantung padanya kebutuhan-kebutuhan seluruh makhluk. Malah justru bertentangan dengan logika kenyataan.

Ketika seseorang mengakui Allah sebagai Tuhannya maka dia dituntut untuk merealisasikan nilai-nilai tauhid yang telah diucapkan, sehingga menjadi penganut islam yang baik dalam arti kata kualitasnya “kaffah” yaitu islam yang menyeluruh keyakinan yang integral [Al Baqarah 2;208] ”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Menjadi orang yang beragama islam yang baik hanya mungkin, bila manusia mempunyai keyakinan yang benar terhadap Allah, karena Allahlah sumber hukum yang tertinggi. Tanpa keyakinan kepada Allah, maka manusia tidak diwajibkan untuk mengerjakan segala macam ibadah kepada-Nya.

Allah memerintahkan kepada manusia agar mereka menggunakan fikiran dan mengerti peristiwa yang terjadi untuk diambil maknanya. Di angkasa raya dengan kebesaran penciptanya berjuta-juta bintang bertaburan memberi warna indahnya langit, pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan, sungai yang mengaliri air, ”Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang” [Ash Shaffat;6].

Jangankan kita menyaksikan alam raya ini keluar dari orbit bumi, sedangkan di bumi saja dikala malam langit cerah, bintang-bintang bertebaran dihiasi bulan dengan cahayanya memantul ke bumi, hati orang mukmin jadi tunduk, merendah menerima kebesaran Ilahi. Ketika hujan lebat di tengah malam yang pekat disertai badai yang kuat, dingin pula, gelegar kilat yang menyambar tak terlintaskan di dalam hati manusia sedikit saja rasa takut, mohon perlindungan kepada-Nya ?”Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung, dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, demikian pula para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilinar lalu mengenai siapa saja yang dikehendaki-Nya” [Ar Ra’ad; 12-13].

Kebesaran Allah tak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang tak berdaya, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya, ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir-butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup” [Al An’am;95]

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah, lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya, tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia iu sendiri, ”Dari pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran di muka bumi, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk kaum yang meyakini”[Al Jatsiyah; 4].

Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari air mani dengan segala proses kejadiannya, ”Allah yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai pencitaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina [air mani]” [As Sajadah; 7-8].
Alangkah indahnya dunia ini dengan aturannya yang rapi, susunan tubuh manusia, mata bening laksana kaca menghias wajahnya, otak sebagai kendali kesadaran manusiapun teraur indah sehingga manusia itu mulia dari makhluk yang lainnya. Pantaskah manusia berlaku sombong kepada penciptanya, berlagak angkuh dan takabur sementara begitu banyak nikmat Allah direguknya dalam hidup ini. Wallahu A’lam. [Kubu Dalam Padang, 28 Syawal 11432.H/ 26 September 2011.M].